Menuju salah satu kampung adat di alor yakni Kampung adat Takpala tidaklah susah untuk waktu sekarang ini berkat kemajuan teknologi transportasi yang kian bertumbuh di Alor. Dengan melakukan perjalanan dari Alor Kecil menuju Alor Besar yang menempuh waktu kurang
lebih 30 menit lamanya dari pusat kota Kalabahi
hingga Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara. Selama
perjalanan tidak usah ditanya lagi soal keindahan alam yang masih asri yakni pemandangan pesisir pantai yang lautnya sangat biru menyapa
dari luar jendela kendaraan.
Towards to one of traditional villages in Alor, the Takpala traditional village, is not difficult thing to do nowadays and thanks to the advancement of transportation technology which is increasingly growing in Alor. By traveling from Alor Kecil to Alor Besar, takes approximately 30 minutes from the city of Kalabahi to west Lembur Village, North Central of Alor. During the trip, no wonder about the natural beauty along the road, the view of the coast with a deep blue sea greeting from outside of the vehicle window.
Salah satu keunikan berwisata ke daerah pedesaan adalah saat sampai di kaki desa, maka selanjutnya semua aktifitas dilakukan secara tradisional dan dibutuhkan kondisi kesehatan yang fit dan tentunya disukai oleh kalian pencinta alam dan budaya. Perjalanan keseluruh desa
dengan berjalan kaki merupakan aktifitas yang menyehatkan. Sambutan hangat oleh penduduk sekitar menyapa setiap tamu yang berkunjung ke Takpala. Dan para tamu dipersilahkan untuk duduk di area ruang tamu
di salah satu rumah adat di Takpala yang masih terjaga meski ada beberapa rumah yang sudah berubah modern seiring perkembangan jaman. Seorang pemandu lokal yang tinggal di Desa
Takpala mulai bercerita tentang latar belakang Desa Takpala. Jaman dulu kala, Desa Takpala adalah hutan. Suku yang mendiami daerah ini dikenal dengan sebutan Suku Abui, yang artinya orang gunung. Jika kunjungan direncanakan dari jauh hari maka sesampainya di Takpala akan di sambut
dengan tarian yang disebut tari Lego-lego oleh warga lokal. Tentunya dikenakan biaya sebagai retribusi terhadap desa Adat.
One uniqueness of traveling to rural areas is when you arrive at the foot of the village, then all activities are carried out traditionally and health conditions, fitness are certainly needed by those who love nature and culture. Traveling throughout the village by foot is a healthy activity. A warm welcome by residents around greeting every guest who are visiting Takpala. And guests are welcome to sit in the living room area of one of maintained traditional houses in Takpala but there are some houses that have changed modernly due to modernization. A local guide who lives in Takpala Village starts telling stories about the background of Takpala Village. In ancient times, Takpala Village was a forest. Tribes that inhabit in this area are known as the Abui Tribe, which means mountain people. If the visit is planned from afar before, then when arrive at Takpala, guest will be welcomed by a dance called Lego-lego dance by local residents. Of course it is subject to fees as a levy on Indigenous villages.
Tapi tidak apa-apa, saat berada di Alor rugi jika tidak berkunjung ke desa adat ini. Selain kita bisa merasakan langsung suasana indahnya alam Alor, juga kita bisa belajar konstruksi salah satu rumah tradisional di Takpala yang dibangun masih sangat tradisional namun banyak makna terkandung didalamnya. Rumah berlantai empat hanya dibuat dari
jalinan bambu dan mampu menampung hingga 13 kepala keluarga . Diidalamnya juga sudah terdapat dapur, tempat tidur dan tempat
bertamu.
But it's okay, when you are in Alor, you will feel lose if you don't visit this traditional village. Besides we can feel directly the beautiful atmosphere of Alor, also we can learn the construction of one of their traditional houses in Takpala which was built traditionally but there are many meanings contained in it. The four-story house is only made by woven bamboo and can accommodate up to 13 family heads. It's also had a kitchen, a bed and a place for visitor.
Sejak dahulu nenek moyang Takpala di Alor sudah mengerti akan zona-zona rumah tempat tinggal sehingga ada konsep penyediaan ruangan untuk menerima tamu, tempat tidur dan masak, serta tempat penyimpanan barang-barang seperti
cadangan makanan, serta tempat yang dijaga kesakralannya yakni tempat menyimpan barang-barang adat
seperti moko, senjata ataupun barang antik lainnya. Para tamu diijinkan untuk mencoba pakaian adat yang telah mereka sediakan dan berfoto sebagai kenang-kenangan.
Takpala's ancestors in Alor since long time ago had well understanding on houses zones, indicated by the concept of providing rooms for receiving guests, beds and cooking, as well as a place to store items such as food reserves,and the most important is a sacred place for storing custom items such as moko, weapons or other antiques. Guests are permitted to try their traditional clothes and take pictures as a memento.
Namun dengan kemajuan teknologi diharapkan jangan merusak keindahan alam serta warisan budaya yang masih terjaga.
But by the technological advancements then shall be remembered to not damage the beauty of nature and maintained cultural heritage.
Article by Ketut Rudi
Photos taken from Fuad Sauqi's Facebook account
Model : Fuad Sauqi
No comments:
Post a Comment