Kota Maria, julukan untuk kota
Larantuka tersebut ternyata tergambar jelas di kala paskah. Pasalnya,
masyarakat setempat maupun wisatawan berbondong-bondong untuk mengikuti maupun
menyaksikan festival upacara Semana Santa. Semana Santa yang memiliki arti
seminggu menjelang paskah merupakan tradisi yang telah ada sejak 500 tahun yang
lalu. Mulai dari Rabu Trewa, Kamis Putih, hingga upacara arak-arakan Tuan
Menino adalah berbagai rangkaian yang dilakukan. Kekaguman Febrian pun tak
hanya sampai pada tradisi serta budaya Larantuka. Adalah Desa Wulublolong, Solor,
salah satu desa budaya yang menarik perhatian Febrian. Menganyam daun lontar
menjadi kegiatan rutin para perempuan di sana. Dompet, Tas, bahkan sepatu
adalah beberapa hasil dari kesenian menganyam Komunitas Du'Anyam. Ayo, ikuti
perjalanan lengkap Febrian dan Indonesia Kaya di Larantuka, Flores, Nusa
Tenggara Timur dalam video berikut!
City of Maria, the nickname for the city of Larantuka was clearly illustrated in every Easter day. This happened due to local community and tourists flock to follow and watch the Semana Santa ceremony festival. Semana Santa which means a week before Easter is a tradition that existed since 500 years ago. Starting from Wednesday Trewa, Holy Thursday, up to the procession ceremony of Mr. Menino parade as a series of events carried out. Febrian's admiration did not only reach up to tradition and culture of Larantuka. Village of Wulublolong, Solor, one of the cultural villages that attracted Febrian's attention. Weaving palm leaves is a routine activity for women there. Wallets, bags, even shoes are some of the results of the weaving art by Du'Anyam Community. Come on, follow Febrian and Indonesia Kaya's full journey in Larantuka, Flores, East Nusa Tenggara in the above video!
Video sources :
No comments:
Post a Comment